MEDIA TANAM HIDROPONIK
Media Tanam hidroponik terbagi menjadi beberapa diantaranya
a.
Media Arang sekam
Media tanam yang mudah
ditemui, ekonomis dan cukup populer digunakan oleh para petani hidroponik
adalah arang sekam (sekam yang sudah dibakar) (Gambar 8). Arang sekam merupakan
media tanam organik sehingga ramah lingkungan, pH netral, memiliki daya ikat air
yang cukup bagus serta aerasi yang baik, steril dari bakteri dan cendawan.
Media arang sekam mempunyai kelebihan antara lain :
·
Harganya relatif murah
·
Bahannya mudah didapat
·
Beratnya ringan
·
Media lebih steril
·
Mempunyai porositas yang
tinggi
Kekurangan arang sekam
antara lain :
·
Jarang tersedia di pasaran
·
b. Hanya dapat digunakan dua
kali
·
Media arang sekam umumnya
digunakan untuk hidroponik tomat, paprika dan mentimun.
b.
Media Cocopeat
Media untuk pertumbuhan
tanaman yang satu ini tergolong sebagai media tanam organik. Sabut kelapa yang
pada umumnya dijumpai sebagai alat pencuci panci, dijadikan sapu, dan kesetan
ini sekarang penggunaanya mulai berkembang menjadi media tanam hidroponik yang
ditemukan pada tahun 80-an oleh Dutch Plantin, sebuah lembaga yang pertama kali
melaporkan bahwa serbuk halus yang diperoleh dari sabut kelapa bisa dijadikan
sebagai media bercocok tanam hidroponik (Gambar 9). Bentuk dan tekstur cocopeat
lebih menyerupai serbuk kayu hasil gergaji dan lebih lembut dibandingkan media
coconut coir lainnya.
Cocopeat mempu menyerap
air dengan penyerapan yang cukup tinggi, dengan kadarkeasamannya cukup stabil
yaitu 5,0-6,8. Penggunaan cocopeat harus dicampur dengan arang sekam dengan
perbandingan 50:50, dengan tujuan untuk meningkatkan pasokan oksigen.
Peningkatan oksigen akan meningkatkan aerasi sehingga berpengaruh sangat baik
terhadap pertumbuhan akar. Selama ini cocopeat selain digunakan sebagai media
tanam pengganti tanah.Serbuk sabut kelapa atau cocopeat merupakan serbuk sisa
pengolahan penguraian sabut kelapa yang dicetak berbentuk kubus (Gambar 8).
Di luar negeri, serbuk
sabut kelapa atau cocopeat juga dikenal dengan sebutan coir pith, coir fibre
pith, coir dust, dan atau coir yang berarti sabut. Serbuk sabut kelapa sebagai
media tanam diklaim mempunyai daya tampung air yang tinggi. Serbuk sabut kelapa
diketahui mampu menyimpan air hingga 73% atau 6 – 9 kali lipat dari volumenya.
Dengan demikian, maka kegiatan bercocok tanam hidroponik Anda akan lebih hemat
air karena intensitas penyiraman dilakukan lebih jarang.
c.
Media Batang dan akar pakis
Media tanam organik
lainnya selain cocopeat dan arang sekam adalah batang dan akar pakis (Gambar
11). Batang pakis secara umum terbagi dua yakni batang pakis warna hitam dan
batang pakis warna coklat. Batang pakis warna
hitam yang paling
sering digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman
pakis yang sudah tua.
Batang pakis warna
hitam mudah dipotong menjadi potongan-potongan kecil karena batangnya sudah
kering. Potongan tersebut dikenal sebagai cacahan pakis. Selain dijual dalam
bentuk cacahan, media tanam dari pakis juga tersedia dalam bentuk lempengan
empat persegi panjang (Gambar 10).Umumnya media tanam ini digunakan untuk
menanam anggrek.
Kekurangan dari batang
pakis adalah sering dijadikan semut atau binatang kecil lainnya sebagai sarang.
Keunggulan media tanam dari pakis adalah mudah untuk mengikat air, memiliki
aerasi dan drainase yang baik. Selain itu media tanam ini memiliki tekstur
lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. Akan tetapi, akar pakis kurang
menyerap air sehingga dalam penggunaannya harus ditambahkan arang sekan atau
cocopeat sehingga dapat menghasilkan tanaman hidroponik yang lebih baik.
d.
Media Kerikil
Kerikil adalah media tanam yang cukup baik dan biasanya digunakan di dalam pot atau
vas bunga (Gambar 11). Bentuknya yang kecil-kecil akan membuat ruang tamu
menjadi unik dan segar, terutama jika menggunakan vas bunga yang transparan
maka akan menambah keunikan dalam ruangan.
Kerikil biasanya
digunakan hanya untuk tanaman hias.
Media
Kerikil dalam Vas Bunga
Penggunaan kerikil
sebagai media tanam sebenarnya memiliki beberapa kesamaan dengan pasir. Hal ini
karena kedua jenis media tanam ini mempunyai sifat yang sama, akan tetapi
kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil biasa
digunakan sebagai media tanam hidroponik untuk membantu peredaran larutan unsur
hara dan udara sehingga memberikan ruang bagi akar tanaman agar dapat tumbuh
pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar.
Kerikil memiliki sifat
sulit mengikat air, mudah basah dan cepat kering oleh karena itu bila
menggunakan media tanam ini perlu dilakukan penyiraman secara rutin. Saat ini
banyak dijumpai penggunaan kerikil sintetis. Kelebihan kerikil sintetis
dibandingkan dengan kerikil biasa adalah pada kemampuan mengikat air, kerikil
sintetis mempunyai kemampuan untuk mengikat air dengan baik. Selain itu sistem
drainase pada jenis kerikil juga sangat baik sehingga bisa mempertahankan
kelembaban dan sirkulasi udara pada media tanam
e.
Media Pasir
Pasir merupakan salah
satu media tanam hidroponik yang sering dijumpai di wilayah Timur Tengah dan
Afrika Utara.
Pasir memiliki ukuran
butiran, warna, dan bentuk beragam. Berdasarkan ukuran partikelnya, pasir
dibagi menjadi beberapa kelompok: kerikil lembut (2 mm), pasir sangat kasar
(1,0-2,0 mm), pasir kasar (0,5-1,0 mm), pasir medium (0,25- 0,5 mm), pasir
lembut (0,1-0,25 mm), dan pasir sangat lembut (0,05-0,1 mm). Penggunaan pasir
relatif kurang populer di kalangan pekebun hidroponik komersial di wilayah
Eropa. Jenis tanmaan yang bisa dibudidayakan dengan menggunakan media tanam
pasir diantaranya: kubis, mentimun, terong, selada, okra, tomat, dan
turnip. Media tanam pasir biasanya
digunakan untuk penyemaian benih, penumbuhan bibit tanaman, serta penumbuhan
tanaman dengan teknik stek. Sifat pasir yang cepat kering memudahkan proses
pemindahan bibit tanaman ke media lain.
Penggunaan pasir sebagai
media tanam harus dikombinasikan denga media tanam lain seperti kerikil,
batubatuan atau bisa disesuaikan dengan tanaman yang akan dibudidayakan.
f.
Media Spons
Spons merupakan media tanam
hidroponik yang banyak mempunyai pori yang cukup besar sebagai sarana
mengalirkan air nutrisi ke akar tanaman.Media spon mempunyai bobot sangat
ringan sehingga saat diaplikasikan akan mudah untuk dipindahkan dan ditempatkan
di mana saja. Bobot ringan yang dimiliki oleh spons sebagai media tanam tidak
memerlukan pemberat lagi karena setelah disiram air maka spons akan menyerap
air sehingga tanaman akan menjadi tegak.Keunggulan spon adalah mampu menyerap
air dan menahan serapan air yang cukup tinggi sampai waktu dua minggu, dan
memiliki kekebalan terhadap jamur yang berisiko merusak tanaman. Spon dapat
berfungsi sebagai media semai (Gambar 15) dan media tanam (Gambar 16). Hasil yang diperoleh dengan memanfaatkan media tanam
hidroponik berupa spons adalah pertumbuhan tanaman lebih prima.Media
spon mudah diperoleh maka akan menghemat biaya dalam penanaman secara
hidroponik.
Kekurangan dari media tanam
ini adalah tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur, sehingga bila spons
sudah tidak layak pakai harus segera diganti dengan baru.Oleh karena itulah
biasanya media tanam ini hanya digunakan sebagai media tanam tanaman hias bunga
potong yang penggunaannya hanya sementara.
g.
Media Kapas
Kapas merupakan media tanam
yang sangat baik sebagai langkah awal dalam penyemaian benih sebelum benih
ditanam pada media tanam lain (Gambar 17). Penyemaian perlu dilakukan untuk
tanaman yang memiliki benih kecil dan/atau memiliki
masa tanam menengah hingga panjang.
Kapas memilik daya serap
terhadap air sangat tinggi sehingga pemberian nutrisi untuk tanaman hidroponik
sangat bagus. Disamping itu, media semai kapas lebih dikenal dan mudah
didapatkan.
h.
Media Gabus/styrofoam
Gabus adalah jenis bahan
anorganik yang dibuat dari campuran kopolimer styren yang dapat digunakan
sebagai alternatif media tanam yang disebut “Styrofoam” (Gambar 20). Pada
awalnya media tanam ini hanya digunakan sebagai aklimatisasi bagian tanaman
sebelum ditanam di lahan luas. Saat ini di beberapa nursery menggunakan gabus
sebagai salah satu campuran untuk meningkatkan porositas pada media tanam.
i.
Media Rockwool
Rockwool
merupakan salah satu mineral fiber atau mineral wool yang sering digunakan
sebagai media tanam hidroponik. Rockwool berasal dari batu (umumnya batu kapur, basalt atau batu bara), kaca, atau keramik yang
dilelehkan dengan suhu tinggi kemudian ‘dipintal’ membentuk serat-serat mirip
seperti membuat gula kapas arum manis. Setelah serat dingin, mineral wool ini
dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan (Gambar 19).
Selain
sebagai media tanam, rockwool juga umum digunakan sebagai bahan insulasi termal
(isolasi panas atau penghambat panas), semprotan kebakaran (penyerap api/
fireproofing) dan penyerap atau peredam suara
(soundproofing).Rockwool
pertama kali dibuat pada tahun 1840 di Wales oleh Edward Parry. Pada umumnya
rockwool dijual dalam bentuk lempengan atau block dengan ukuran yang sangat besar. Kegunaaan media
tanam dengan menggunakan rock wool adalah dapat digunakan sebagai media semai
dan media tanam.
Sebagai
media tanam, rockwool memiliki kemampuan
menahan air dan udara (oksigen untuk aerasi) dalam jumlah besar yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi pada metode hidroponik. Struktur serat alami yang dimiliki
rockwool juga sangat baik untuk menopang batang dan akar tanaman sehingga dapat
tegak dengan stabil.Kemampuan rockwool tersebut membuat bahan ini cocok
digunakan sebagai media tanaman sejak tahap persemaian hingga proses
produksi/panen.
Media tanam rockwool mempunyai kelebihan antara
lain:
·
Ramah lingkungan.
·
Tidak mengandung patogen.
·
Mampu menampung air 14 kali
kapasitas tampung tanah.
·
Dapat meminimalkan penggunaan
disinfektan.
·
Dapat mengoptimalkan peran
pupuk.
Kekurangan dari rockwool
antara lain:
·
Memiliki massa jenis yang
ringan.
·
Adanya angin dapat
menerbangkan rockwool.
·
Rockwool memiliki pH yang
cenderung tinggi bagi beberapa jenis tanaman sehingga memerlukan perlakuan
khusus sebelum rockwool djadikan sebagai media tanam.
j.
Media Moss
Mosstergolong ke dalam media
tanam hidroponik organik yang paling bagus. Media tanam ini diperoleh dari akar
pakupakuan atau bisa juga ditemukan di kawasan hutan. Moss biasanya digunakan
sebagai media tanam saat memasuki masa penyemaian benih hingga masa pembungaan.
Media tanam yang satu ini
dipilih dengan alasan antara lain :
· Memiliki
banyak rongga sehingga membuat akar lebih leluasa untuk tumbuh dan berkembang.
· Mampu
mengikat air.
· Memiliki
sistem aerasi dan drainase yang baik.
Penanaman hidroponik dengan
moss sebagai media tanam akan mendapatkan hasil lebih sempurna bilamana
dipadukan dengan media tanam lain seperti kulit kayu dan daun kering.
k.
Media Hydroton
Hydroton merupakan media tanam
Hidroponik yang sedang terkenal di negara Jerman. Bentuknya yang bulat dan
tidak memiliki sudut maka akan menjamin tanaman tidak akan rusak karena
bersentuhan dengan hydroton (Gambar 22).
Bahan dasar hidroponik adalah
tanah liat yang sudah dikeringkan dengan cara pemanasan dan dibentuk menjadi
bulatan kecil dengan diameter 1-2,5 cm. Hidroton memiliki pH yang stabil dan
netral. Hidroton dapat digunakan berulang kali sama seperti arang sekam, yaitu
dengan cara mencuci hingga bersih yang dapat menghilangkan kotoran seperti
lumut yang menempel pada sisi bagian hydroton.
Kelebihan Hydroton sebagai
media hidroponik adalah :
·
Tingkat porositas yang tinggi
sehingga jarang terjadinya penyumbatan.
·
Mampu mempertahankan akar tanaman untuk
selalu beroksidasi
·
Ramah lingkungan dan dapat
diperbarui
·
Dapat digunakan kembali
·
Mudah penggunaannya
·
Koloni yang baik untuk
populasi mikroba
Di samping kelebihan dari hydroton, kelemahan hydroton adalah sebagai berikut
:
·
Hydroton memiliki Daya Ikat
Air yang rendah.
·
Harga hydroton relatif mahal
·
Dapat mengakibatkan
penyumbatan pada pipa